Setiap orang tua mempunyai cara berbeda dalam membangun pola asuh. Gaya parenting yang tidak sama bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari latar belakang pendidikan, budaya, lingkungan, cara pandang, sampai pola asuh keluarga saat kecil. Maka tak heran jika masing-masing orang tua memiliki cara pengasuhannya sendiri.
Akan tetapi bila kita kelompokkan, secara garis besar terdapat 4 gaya pengasuhan. Yaitu terdiri dari Authoritarian, Authoritative, Permissive, dan Uninvolved. Keempatnya memberikan dampak tersendiri pada perkembangan anak. Kira-kira Moms termasuk ke pola parenting yang mana ya? Yuk cari tahu!
Pada tahun 1960-an seorang psikolog bernama Diana Baumrind menjelaskan tiga gaya pola asuh yang berbeda (Authoritarian, Authoritative, Permissive) berdasarkan tuntutan orang tua dan bagaimana daya tanggap anak. Kemudian gaya pengasuhan yang keempat ditambahkan oleh peneliti lain. Jadilah ada 4 gaya parenting dengan cara pendekatan dan karakteristiknya masing-masing.
Authoritarian merupakan tipe orang tua yang mengasuh secara otoriter dengan aturan tegas. Orang tua menuntut anak untuk patuh dan disiplin. Bila anak melanggar aturan, orang tua tidak segan untuk memberikan hukuman dengan alasan mendisiplinkan anak. Dalam gaya otoritarian orang tua melakukan komunikasi satu arah. Mereka tidak memberikan ruang untuk anak mengungkapkan keinginan dan pendapat.
Ketika anak bertanya alasan di balik aturan, orang tua cenderung hanya menjawab “Pokoknya gak boleh”. Sehingga anak tidak bisa menangkap maksud baik orang tua dan apa konsekuensi yang mereka dapat jika melanggarnya. Orang tua yang otoriter juga ada yang sampai memutuskan semua hal untuk anaknya. Sehingga anak tidak mempunyai kemampuan decision making.
Anak yang tumbuh dengan pola asuh authoritarian mudah mengikuti aturan bahkan sangat patuh. Namun anak juga bisa tumbuh jadi lebih agresif dan mudah berbohong, akibat pengasuhan yang terlalu keras atau merasa dibatasi. Selain itu, kemampuan anak bersosialisasi cenderung kurang, self-esteem rendah, dan mereka ragu akan kemampuan diri.
Kebalikan dari gaya parenting authoritarian, pola asuh permissive lebih longgar dalam menerapkan aturan pada anak. Orang tua tidak membatasi, melarang, bahkan cenderung mengizinkan apa yang anak minta atau inginkan. Orang tua permisif tidak memiliki ekspektasi tinggi seperti orang tua otoriter. Mereka tidak memaksakan kemauan sendiri dan cukup pemaaf dengan pikiran “kids will be kids”.
Orang tua permisif memposisikan diri mereka sebagai teman di depan anak-anaknya. Mereka ingin anak-anak menceritakan semua masalahnya dengan nyaman. Namun orang tua tidak mampu mencegah anak melakukan perilaku buruk atau mengambil pilihan yang salah. Orang tua berpikir anak mampu menyelesaikannya tanpa intervensi terlalu banyak dari mereka.
Pola asuh yang permisif menciptakan anak yang kurang bertanggung jawab dan kurang mandiri. Anak memiliki self-esteem yang tinggi tapi, cenderung egosentris. Anak-anak dengan orang tua permisif juga berisiko mengalami obesitas serta gangguan kesehatan lainnya. Karena orang tua tidak memberikan batasan atau aturan yang tegas dalam hal konsumsi makanan.
Baca juga : Speech Delay pada Anak
Gaya parenting authoritative (otoritatif) membuat aturan dalam pengasuhan anak, tapi mereka juga mau mendengarkan opini anak-anak. Orang tua otoritatif memvalidasi apa yang anak-anak mereka rasakan atau alami. Namun tetap memposisikan diri bahwa kendali ada di orang tua.
Mereka tidak hanya menetapkan aturan tapi juga menjelaskan mengapa anak-anak harus menaatinya. Bagi orang tua otoritatif, mendisiplinkan anak merupakan cara untuk mendukung anak berkembang. Bukan hukuman karena anak tidak patuh. Supaya kebiasaan positif tumbuh dalam diri anak, orang tua melakukan pendekatan dengan strategi memberikan pujian dan reward system.
Anak yang tumbuh di dalam pengasuhan orang tua otoritatif cenderung percaya diri, high self-esteem, merasa bahagia, penuh tanggung jawab, dan dekat dengan orang tua mereka. Anak-anak juga sanggup membuat keputusan untuk dirinya sendiri, berprestasi dalam akademik dan sosial. Serta kecil kemungkinan melakukan penyimpangan seperti meminum alkohol dan menggunakan obat-obatan.
Gaya parenting yang satu ini ditambahkan oleh peneliti Eleanor Maccoby dan John Martin. Menurut mereka orang tua uninvolved cenderung abai dalam proses pengasuhan anak. Orang tua tidak membuat aturan, tak ada ekspektasi terhadap anak, dan mereka juga tidak memberikan arahan saat anak membutuhkan. Secara garis besar orang tua tidak banyak mengetahui apa yang anak lakukan dan rasakan.
Orang tua tetap memenuhi kebutuhan dasar anak, namun tidak terlibat penuh dalam kehidupan anak-anak mereka. Jalinan komunikasi yang terbangun antara orang tua dan anak pun sangat minim. Pengabaian orang tua ini tidak selamanya dilakukan secara sengaja. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, masalah keluarga, termasuk kewalahan mengelola rumah, tidak tahu bagaimana kondisi anaknya saat ini.
Anak-anak yang mendapatkan pola asuh uninvolved tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tahan banting. Namun mereka juga kesulitan dalam mengelola emosi, prestasi akademik rendah, dan sulit membangun hubungan sosial.
Dari keempat gaya parenting di atas, mana tipe yang paling baik? Masing-masing cara parenting memiliki sisi pro dan kontra ya Moms. Namun pada umumnya psikolog merekomendasikan gaya pengasuhan authoritative. Supaya anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang positif. Orang tua memberikan perhatian yang dibutuhkan dan tetap menunjukkan ketegasan.
Sebaiknya Moms sudah menerapkan pola asuh sejak dini. Salah satu caranya yaitu mengajarkan Si Kecil dengan hal-hal dasar lewat bermain. Moms bisa gunakan aneka macam mainan edukatif dari Little Friends. Kunjungi halaman produk dan temukan mainan yang pas buat jadi #TemanSiKecil.
~NJ
Read More
Newborn atau bayi baru lahir memang menghabiskan waktu lebih banyak untuk tidur, sekitar 16-17 jam per hari. Namun Moms dan Dads sudah bisa mengajaknya bermain lho di saat ia sedang terjaga. Selain bisa meningkatkan bonding orangtua dan anak, Si Kecil yang baru lahir ini juga sudah bisa merasakan senang saat bermain. Nah untuk Moms dan Dads yang masih bingung harus bermain apa, berikut Little Friends sudah rangkum 5 cara bermain bersama bayi baru lahir.
Gendong Si Kecil dan ajaklah berjalan-jalan Moms. Tidak perlu jauh-jauh, cukup berkeliling di area rumah. Boleh juga ajak keluar ke taman agar Si Kecil menghirup udara segar. Ternyata irama gerakan saat berjalan dan pemandangan jadi hal menarik untuk Si Kecil lho. Ajak juga Si Kecil berinteraksi dengan anggota rumah yang lain, bertemu dan mendengar suara orang membuat Si Kecil terhibur.
Lakukan permainan ini saat Si Kecil baru saja bangun tidur. Sapa ia dan pegang kedua tangan mungilnya Moms. Ajaklah Si Kecil menggerakkan tangannya seperti melakukan gerakan olahraga. Moms bisa meregangkan tangannya ke samping, ke depan, dan ke atas. Lakukan juga pada kaki mungilnya yang tidak bisa diam itu ya Moms hihi. Tekuk kaki Si Kecil dan gerak-gerakkan ke atas. Ingat untuk selalu melakukan kontak mata saat bermain bersama, agar bonding lebih kuat.
Mungkin Si Kecil tidak akan memberikan tanggapan langsung kepada cerita Moms, tapi dia sudah tau lho kalau Moms sedang bercerita. Nyanyikan juga lagu-lagu anak yang menyenangkan sambal menatap matanya. Bernyanyi dan bercerita akan membuat Si Kecil menghafal suara Moms, juga melatih sensorik dan pendengarannya.
Moms dan Dads juga sudah bisa mengenalkan buku ke bayi baru lahir. Pilihkan buku berwarna kontras seperti buku hitam putih untuk Si Kecil. Moms juga bisa memilihkan buku yang empuk atau soft book agar lebih aman untuk dipegang atau digigit oleh Si Kecil. Membacakan buku sejak dini bisa meningkatkan kecerdasan literasinya Moms.
Jika Si Kecil mempunyai tempat tidur atau box-nya sendiri, Moms dan Dads bisa memasangkan mainan gantung diatasnya. Mainan gantung yang bergerak dan berwarna-warni bisa merangsang indera penglihatan Si Kecil. Mainan ini pastinya akan sangat menarik dan menghibur untuknya.
Itu dia 5 cara bermain bersama bayi baru lahir yang bisa dicoba, sederhana kan? Yang terpenting ajak Si Kecil bermain secara rutin, karena sangat baik untuk tumbuh kembangnya dan kedekatan antara orangtua dan anak. – LDK
Read More
Hari Lebaran sudah di depan mata, tentu momen ini sudah sangat dinanti, ya! Di Indonesia, hari Lebaran biasanya diisi dengan kegiatan mudik yaitu kegiatan kembali ke kampung halaman untuk berkunjung kepada anggota keluarga yang biasanya terpisah. Memang untuk dua tahun kebelakang, tradisi ini terpaksa harus ditahan karena pandemi COVID-19 yang berlangsung. Namun, di tahun 2022 ini, pemerintah akhirnya memperbolehkan kita untuk kembali melaksanakan tradisi ini. Nah selama itu juga mungkin terdapat orangtua baru yang akan mengajak Si Kecil untuk mudik. Terdapat beberapa persiapan yang perlu diperhatikan, salah satunya kemungkinan Si Kecil untuk mabuk perjalanan, karena hal ini bisa terjadi saat ia menaiki moda transportasi apapun. Nah untuk mencegahnya, kita sudah siapkan pembahasan seputar cara menjaga Si Kecil Tidak Mabuk Perjalanan saat Mudik di bawah!
Ketika menggunakan alat transportasi, terjadi ketidak sesuaian antara gerakan tubuh yang sesungguhnya dan gerakan yang dipikirkan oleh otak. Hal ini akan menjadi hal yang biasa saja bagi orang dewasa, namun tidak untuk Si Kecil meski seharusnya ia akan semakin terbiasa. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang memicu mabuk perjalanan, antara lain;
1. Makan makanan yang tidak sehat
2. Udara yang sesak
3. Terlalu lama berfokus menatap satu objek
4. Bermain ponsel
5. Bau-bauan yang terlalu kuat
6. Melakukan gerakan mendadak terlalu sering
Tanda awal Si Kecil mengalami mabuk perjalanan adalah dengan adanya rasa tidak nyaman di daerah perutnya, lalu akan merembet ke hal lain seperti rasa panas tubuh, wajah pucat dan pada akhirnya muntah. Untuk lebih jelasnya berikut gejala umum dari mabuk perjalanan:
1. Si Kecil menjadi pasif dengan wajah pucat
2. Keringat dingin
3 Sakit kepala dan pusing
4. Mual yang disusul muntah
Saat Si Kecil sudah muntah, segeralah sediakan minuman untuk mencegahnya dari dehidrasi. Jika Si Kecil sudah berusia lebih dari dua tahun, makan pemberian obat anti mabuk juga dapat menjadi solusi. Ketenangan Moms dan Dads adalah kunci untuk membantunya menguragi sensasi tidak enak dari mabuk perjalanan tersebut.
Nah jika sudah mengetahui adanya potensi ini, baiknya orangtua dapat mencegah Si Kecil dari rasa mabuk dengan melakukan atau mempersiapkan hal-hal seperti berikut;
Bisa dipastikan jika Si Kecil Lelah akibat kurang tidur, maka ia akan lebih rentan mengalami mabuk perjalanan. Sehingga upayakanlah agar ia memperoleh waktu istirahat yang cukup.
Bahkan sehari sebelum keberangkatannya, pastikan ia selalu terhidrasi dengan baik. Konsumsi cairan akan membantunya agar tetap fit dan berenergi. Hal ini akan mencegahnya dari rasa lemas yang mendorongnya untuk menjadi mabuk.
Saat berada di perjalanan, khususnya dengan mobil, usahakan agar ia selalu melihat ke arah depan. Hal ini menjadi penting agar ia selalu menerima visual yang sesuai dengan yang dia lihat dan masuk ke otaknya. Hal ini akan meminimalisir kemungkinannya terkena mabuk perjalanan.
Saat berada di perjalanan, udara yang terkurung di ruangan seperti mobil akan mempengaruhi daya tahannya. Sesekali bukalah akses udara di mobil atau jika menggunakan kapal bisa dengan membawanya ke luar sebentar.
Bau yang menyengat apalagi jika berada di ruangan yang menahan udara akan sangat mempengaruhi ketahanan Si Kecil. Bagi orangtua yang akan menggunakan mobil sangat penting untuk mengganti pengharum kabin dengan aroma yang tidak pekat atau menggunakan aromaterapi yang lebih ramah.
Selain mencegah dengan hal-hal di atas, ada juga yang perlu persiapan seperti makanan dan minuman. Biskuit, lemon, jahe dan peppermint adalah panganan yang dapat membantu meredakan dan mencegah Si Kecil untuk kembali mabuk saat melakukan perjalanan yang panjang apalagi untuk mudik kali ini.
Nah, semoga tips dan cara tadi dapat menghindarkan Si Kecil dari mabuk yang dapat mengurangi suasana ceria mudik kali ini ya, Moms! -KJ
Read More
Pentingnya waktu luang ayah bersama si kecil adalah suatu hal yang mutlak. Ibu biasanya memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi dengan anaknya namun menurut seorang Psikolog anak dan keluarga dari LPT Universitas Indonesia Mira Damayanti Amir mengatakan bahwa penting bagi orang tua, terutama ayah untuk juga meluangkan waktu bermain dan berinteraksi dengan anak karena rutinitas bekerja yang menyita banyak waktu.
Ia menambahkan bahwa ayah bisa tetap mencoba berinteraksi dengan cara berdiskusi dengan anak. Ketika anak meminta waktu untuk memainkan mainan bersama dan berbicara misalnya, maka seorang ayah seharusnya mencoba untuk memenuhinya. Jika belum bisa, cobalah menjanjikannya waktu beberapa saat setelah kesibukan ayah. Hal ini juga sebenarnya bermanfaat untuk melatik komunikasi dua arah rasa saling memahami.
Eye contact sangat penting saat ayah berkomunikasi dengannya sebagai bentuk menghargai dan memperhatikan secara mendalam. Selain kontak mata, sentuhan juga memiliki dampak yang besar baginya karena ia akan merasa sangat nyaman dan terlindungi. Misalnya, ketika sudah selesai bekerja tetapi anak sudah terlelap, anda dapat mengekspresikannya dengan memeluknya saat dia tertidur.
Mengusahakan hal tersebut secara konsisten bagi Ayah dan Ibu sangatlah penting sehingga kerjasama ini dapat terlihat oleh si kecil. Usahakan agar kebiasaan ini dapat terus terjalin secara konsisten oleh ibu dan ayah sehingga anak tetap merasa nyaman. Yang terakhir yang perlu peningkatan adalah kemampuan motoriknya. Jika dengan ibu, ia kebanyakan menghabiskan waktu untuk berbicara dan bersantai ria, dengan ayah ia bisa diak untuk melakukan aktivitas fisik di luar ruangan.
Keharmonisan hubungan antara orang tua haruslah seimbang, demikian juga dengan waktu yang dapat diberikan ayah kepada buah hatinya agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Read More