Moms tentu merasa senang ketika melihat gigi kecil mulai tumbuh di rahang Littles. Namun bagi Littles, tumbuh gigi merupakan tahapan yang tidak nyaman. Sebaiknya Moms ketahui tanda bayi tumbuh gigi, supaya bisa bantu menenangkan Littles saat rewel atau merasa sakit akibat gigi susu yang mulai tumbuh.
Gigi bayi akan tumbuh antara usia 4 sampai 7 bulan. Proses ini disebut juga dengan istilah teething syndrome, yaitu fase alami yang dialami semua bayi saat gigi tumbuh menembus gusinya yang lunak. Teething syndrome akan menimbulkan rasa sakit dan rewel yang mungkin bisa membuat Moms dan Dads kesulitan. Namun ini adalah proses alami yang perlu dilalui, agar Littles bisa memiliki gigi yang sehat dan rapi.
Sebagai bagian dari proses tumbuh kembangnya, pertumbuhan gigi perlu mendapatkan perhatian lebih. Kenali bagaimana tanda-tandanya, agar Moms bisa memberikan penangan yang tepat. Berikut ini 5 tanda yang muncul saat bayi mulai tumbuh gigi:
Littles akan merasa tidak nafsu makan saat tumbuh gigi. Karena Littles sedang merasa tidak nyaman di area mulut yang membuat Littles sulit untuk makan. Sebagian bayi bahkan menolak makanan dan minuman. Sama sekali tidak menginginkannya. Hal tersebut bisa disebabkan peradangan pada gusi, yang umum terjadi ketika tumbuh gigi.
Bayi ngeces bukan karena ngidam ibu yang tidak terpenuhi. Tetapi air liur yang berlebih jadi salah satu pertanda Littles sedang tumbuh gigi. Belum bisa dipastikan apa penyebab produksi air liur bayi lebih banyak. Namun diperkirakan gerak otot pada mulut bayi yang meningkat selama fase tubuh gigi yang menjadi pemicunya. Karena kondisi tersebut membuat kelenjar ludah lebih aktif.
Tanda bayi tumbuh gigi yang paling kentara yaitu keinginan Littles untuk mengigit dan mengisap barang-barang yang ada di sekitarnya. Sebab ketika tumbuh gigi, Littles akan merasa gusinya gatal. Sehingga ia akan mengigit benda apapun yang ada di sekitarnya untuk meredakan rasa gatal. Mulai dari mainan, baju, dan benda lainnya.
Gigi susu tumbuh menembus gusi milik Littles yang halus dan lunak. Menimbulkan rasa sakit yang tidak nyaman. Sehingga Littles sangat mungkin menangis, mudah marah, bergumam sendiri, dan sulit tidur. Membuat Moms haru selalu siaga dan sabar untuk menenangkan Littles.
Baca juga: 6 Makanan Untuk Bayi Saat Tumbuh Gigi, Bikin si Kecil Gak Rewel
Tanda lain yang mudah dikenali yaitu gusi yang membengkak. Coba Moms buka mulut Littles dengan pelan. Kemudian perhatikan apakah gusinya kemerahan dan bengkak. Maka wajar bila Littles mudah rewel dan menolak makan.
Ada kemungkinan muncul ruam di sekitar mulut, dagu, dan leher Littles. Akibat air liur yang terus-menerus keluar. Maka dari itu setiap kali Moms melihat mulut dan dagus Littles sudah basah dengan air liur, langsung bersihkan dengan tisu atau lap kain bersih yang lembut. Sehingga Moms bisa mencegah ruam muncul.
Dalam kondisi tertentu, Littles bisa mengalami demam ringan akibat peradangan gusi. Demam umumnya hanya terjadi selama dua hari. Namun bila suhu Littles sampai lebih dari 38 derajat celcius dan berlangsung lebih dari dua hari, segera bawa Littles ke dokter untuk observasi.
Dengan mengetahui 7 tanda bayi tumbuh gigi Moms bisa memberikan penanangan yang tepat. Menemani Littles melalui proses tumbuh gigi yang seringkali tidak mudah. Moms bisa menenangkan Littles dengan menggosok gusinya dengan perlahan, memberikan potongan makanan beku, dan berikan teether.
Moms bisa berikan teether atau mainan yang dilengkapi dengan teether. Teether didesain khusus untuk meredakan gatal dan nyeri pada gusi bayi. Mencegah Littles mengigit sembarang barang yang dapat membahayakannya.
Moms juga bisa berikan Littles Rattle Teether yang bisa mengeluarkan bunyi yang dapat menarik perhatian Littles. Dapatkan Teether dengan bentuk menarik di Littles Friends, brand mainan edukatif. Temukan di toko perlengkapan bayi dan official store Little Friends di e-commerce.
~NJ
Read More
Bila Moms perhatikan balita pada umumnya berjalan jinjit (toe walking) saat ia pertama kali belajar jalan. Bayi jalan jinjit adalah kondisi ketika bayi berjalan menggunakan jari dan telapak kakinya, sedangkan bagian tumit terangkat. Hal ini normal untuk anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Seiring perkembangan tubuhnya, Littles dapat berjalan dengan menapakkan ujung jari sampai tumit.
Namun jika Littles tetap berjalan jinjit setelah melewati usia 2 tahun, Moms perlu membawa Littles ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Karena keterlambatan kemampuan berjalan bisa menjadi tanda Littles mengalami kondisi kesehatan tertentu.
Kebiasaan balita berjalan jinjit disebut sebagai kondisi idiopatik, yang artinya tidak diketahui penyebabnya. Littles akan secara otomatis berjinjit terutama saat ia berjalan tanpa alas kaki. Namun jika kebiasaan ini terus berlanjut ada kemungkinan kondisi kesehatan lain menjadi penyebabnya. Berikut ini penyebab-penyebab bayi melakukan toe walking:
Tendon achilles memiliki fungsi menghubungkan otot kaki bagian belakang dengan tulang tumit. Bila otot masih pendek, tumit tidak akan menyentuh tanah. Itulah mengapa Littles lebih nyaman berjalan jinjit, untuk mengurangi ketegangan pada kaki karena otot meregang.
Bayi jalan jinjit juga bisa dikaitkan dengan masalah sensorik. Seperti adanya gangguan pada indera penglihatan, pemrosesan sensorik, atau ada keterlambatan perkembangan. Sebab balita yang memiliki gangguan sensorik akan merasa tidak nyaman saat telapak kakinya merasakan tekstur tertentu.
Jalan jinjit bisa menjadi gejala awal adanya Cerebral palsy atau gangguan perkembangan otak. Yaitu adanya gangguan pergerakan, cedera, atau perkembangan abnormal di bagian otak yang mengontrol fungsi otot.
Distrofi otot termasuk penyakit genetik yang bisa menjadi penyebab Littles berjalan jinjit. Penyakit ini membuat serat otot sangat rentan terhadap kerusakan dan melemah seiring waktu. Kondisi ini lebih mungkin terjadi ketika Littles yang awalnya berjalan normal malah mulai berjalan jinjit.
Toe walking juga berkaitan dengan gangguan spektrum autisme, yang memengaruhi kemampuan anak berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Berikut ini beberapa kondisi yang perlu diperhatikan pada balita yang memiliki kebiasaan jalan jinjit. Supaya Moms bisa segera membawa Littles ke dokter untuk observasi lebih lanjut:
Baca juga: 5 Macam Permainan Untuk Melatih Motorik Halus Anak
Pada umumnya berjalan jinjit merupakan hal lumrah dan tidak selalu berkaitan dengan kondisi kesehatan tertentu. Sebenarnya jalan jinjit yang berhubungan dengan gangguan kesehatan termasuk kasus yang jarang terjadi. Meski begitu Moms perlu ikuti tahapan pertumbuhan Littles dan berikan stimulasi yang Littles perlukan untuk mendukung perkembangannya.
Caranya dengan memberikan mainan yang memiliki fitur-fitur penunjang untuk mengembangkan kemampuan sensorik, motorik, dan kognitif Littles. Moms bisa mendapatkan berbagai macam mainan edukatif untuk Littles mulai dari usia 0 bulan. Seperti Playmat yang bisa Littles gunakan sebagai alas bermain. Lengkap dengan berbagai macam mainan, mengenalkan Littles pada warna, tekstur, dan suara, sehingga kemampuan sensorik, motorik, dan kognitif Littles terbangun. Dapatkan Playmat di official shop Little Friends di e-commerce.
~NJ
Read More
Kemampuan motorik halus Si Kecil perlu distimulasi demi mendungkung kemandiriannya. Moms bisa berikan berbagai jenis permainan untuk melatih motorik halus anak. Permainan yang sederhana namun dapat menggerakkan otot-otot kecil pada tubuhnya, seperti jari dan mata.
Anak dengan kemampuan motorik halus yang berkembang, dapat melakukan banyak hal secara mandiri. Misalnya mengikat tali sepatu, memasang kancing baju, memegang dan memindahkan barang, dan tidak mengalami kesulitan saat belajar menulis.
Supaya kemampuan motorik halus Si Kecil berkembang dengan baik, Moms perlu stimulasi dengan aneka macam permainan. Temani Si Kecil bermain 5 jenis permainan di bawah ini yuk:
Ketika bermain playdough Si Kecil akan mencoba meregangkan, mencubit, dan menggulung adonan. Berikan pisau plastic, cetakan kue, dan rolling pin sebagai alat untuk bermain playdough. Biarkan Si Kecil berkreasi dengan membuat macam-macam bentuk. Kalau khawatir dengan kandungan playdough atau lilin malam, Moms bisa membuat DIY playdough sendiri di rumah.
Aktivitas menggunting dan menempel bagus untuk koordinasi tangan dan mata juga kontrol motorik halus. Berikan Si Kecil gunting yang aman dan media kertas yang sudah diberi gambar atau pola untuk menempel. Moms tidak perlu takut atau khawatir asalkan Si Kecil terus didampingi.
Moms pernah dapat tugas meronce waktu di sekolah dulu? Praktik kerajinan tangan ini ternyata bisa jadi permainan untuk melatih motorik halus anak. Siapkan benang yang cukup tebal namun halus seperti benang wol. Lalu siapkan juga manik-manik yang warna-warni. Ajak Si Kecil membuat gelang atau kalung. Jika Si Kecil terlihat semakin terampil berikan manik-manik yang berukuran lebih kecil.
Setiap anak perlu memiliki mainan susun balok di rumahnya. Karena jenis mainan yang satu ini memiliki banyak manfaat, bukan hanya bagus untuk perkembangan motorik halus. Tapi juga bagus untuk perkembangan motorik, kemampuan memecahkan masalah, sampai kemampuan matematika dasar.
Baca juga: 7 Manfaat Bermain Susun Balok Bagi Si Kecil
Salah satu tujuan dari mengembangkan kemampuan motorik halus adalah untuk membangun kemandirian di dalam diri Si Kecil. Karena itu Moms juga bisa mengajarkan Si Kecil melakukan berbagai macam aktivitas sendiri, tanpa bantuan orang dewasa. Misalnya membiasakan Si Kecil untuk mengancing bajunya sendiri, menuangkan pasta gigi lalu menyikat gigi, mencuci tangan, menyisir, mengikat tali sepatu sendiri, dan lain-lain.
Sebenarnya masih banyak permainan untuk melatih motorik halus anak. Namun jika Moms bingung mau mengajak Si Kecil main apa atau jenis stimulasi apa yang baik untuknya, bisa mulai dengan 5 macam permainan di atas.
Akan lebih mudah lagi bila Moms memiliki media bermain bareng Si Kecil. Misalnya untuk permainan susun balok, Moms bisa gunakan Soft Cube dari Little Friend. Mainan berbentuk kubus dan limas yang terbuat dari bahan lembut serta terasa empuk. Jadi aman buat Si Kecil yang masih di bawah satu tahun. Temukan berbagai macam mainan menarik lainnya buat temani Si Kecil eksplor dan bermain. Yuk cek official store Little Friends!
~NJ
Read More
Meski Si Kecil belum bisa memahami semua yang Moms ucapkan, bukan berarti membacakan buku untuk anak jadi aktivitas yang sia-sia. Bercerita atau mendongeng di depan Si Kecil memiliki banyak manfaat untuk tumbuh kembangnya. Salah satunya adalah menumbuhkan kecintaan Si Kecil pada buku dan membaca.
Si Kecil akan tumbuh jadi anak yang senang membaca, bila Moms mengenalkannya dengan buku sejak dini. Melalui cerita yang Moms sampaikan, Si Kecil akan belajar dan terdorong untuk mencari tahu lebih banyak saat menemukan hal baru.
Semua bermula dari Si Kecil masih newborn. Moms sudah bisa membacakan buku cerita untuknya. Buat aktivitas ini jadi kegiatan rutin. Misalnya membacakan buku setiap pagi atau menjelang tidur. Si Kecil akan mendapatkan banyak manfaat sebagai berikut:
Selama mendengarkan cerita, Si Kecil menyerap banyak kosakata baru. Si Kecil bisa menangkap bagaimana bunyi dan cara mengucapkan suatu kata. Serta belajar memahami arti kosakata yang diterima. Hal ini akan mendorong kemampuan Si Kecil berbicara dan membaca.
Dengan membacakan cerita, Si Kecil terlatih untuk fokus mendengarkan. Kemampuan konsentrasinya juga akan meningkat. Selain itu, Si Kecil jadi belajar lebih sabar untuk menunggu seseorang selesai berbicara sebelum ia mulai menanggapi.
Ketika Moms membacakan buku untuk Littles, kemampuan memorinya akan ikut meningkat. Karena Si Kecil mendapatkan banyak kosakata baru. Namun lebih dari itu, saat mendengarkan Moms bercerita Littles akan berusaha untuk mengingat karakter, jalan cerita, dan detail lainnya.
Meluangkan waktu untuk story time bersama Si Kecil, akan membuat bonding antara Moms dan Si Kecil jadi lebih dekat. Baik secara fisik ataupun emosional. Membacakan buku untuk anak termasuk cara tepat dan mudah untuk menghabiskan quality time dengan anak di sela kesibukan.
Mendengarkan orang tuanya bercerita akan bantu mengembangkan kemampuan kognitif Si Kecil. Mulai dari bagaimana menggunakan kata-kata, berpikir logis, memecahkan masalah, sampai kemampuan berpikir kritis. Maka dari itu sebaiknya Moms membuat story time jadi sesuatu yang interaktif. Agar kemampuan berpikir Si Kecil berkembang.
Selain melatih Si Kecil berpikir logis, membacakan buku untuk anak juga dapat meningkatkan kreativitas dan daya imajinasi Si Kecil. Nantinya kreativitas akan membantu Si Kecil menemukan minat dan bakat dirinya saat beranjak besar.
Setiap buku atau cerita selalu memiliki nilai moral yang yang penting untuk diketahui oleh Si Kecil. Moms bisa memanfaatkan story time untuk mengajarkan Si Kecil konsep berbagi, menolong orang, menyayangi, dan masih banyak lagi nilai-nilai positif lainnya. Selain itu, dari buku Si Kecil bisa mengenal budaya-budaya berbeda. Serta memicu tumbuhnya rasa empati pada Si Kecil.
Baca juga: 6 Mainan Bayi 0-12 Bulan, Bantu Tumbuh Kembang Si Kecil
Melalui cerita Littles bisa belajar banyak hal. Cara yang menyenangkan dan mudah untuk mengajarkan nilai-nilai baik padanya. Membacakan buku untuk anak mungkin terasa susah-susah gampang buat Moms dan Dad yang belum terbiasa story telling. Moms bisa pakai Soft Book untuk jadi media cerita.
Sesuai namanya soft book terbuat dari material fabric yang halus dan lembut. Aman buat dipegang, diremas, sampai digigit oleh Si Kecil. Soft Book Little Friends memiliki fitur-fitur yang dapat menstimulasi kemampuan sensorik Si Kecil.
Setiap halaman berisi Ilustrasi gambar yang menarik dan full color. Selain itu saat halaman ditekan akan mengeluarkan bunyi tertentu. Dilengkapi juga teether yang aman digit Littles. Fitur-fitur tersebut akan menarik perhatian Si Kecil dan membuatnya anteng memainkan soft book. Moms bisa temukan beragam judul Soft Book Little Friends di halaman produk atau official e-commerce. Yuk koleksi semua judulnya!
~ NJ
Setiap orang tua mempunyai cara berbeda dalam membangun pola asuh. Gaya parenting yang tidak sama bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari latar belakang pendidikan, budaya, lingkungan, cara pandang, sampai pola asuh keluarga saat kecil. Maka tak heran jika masing-masing orang tua memiliki cara pengasuhannya sendiri.
Akan tetapi bila kita kelompokkan, secara garis besar terdapat 4 gaya pengasuhan. Yaitu terdiri dari Authoritarian, Authoritative, Permissive, dan Uninvolved. Keempatnya memberikan dampak tersendiri pada perkembangan anak. Kira-kira Moms termasuk ke pola parenting yang mana ya? Yuk cari tahu!
Pada tahun 1960-an seorang psikolog bernama Diana Baumrind menjelaskan tiga gaya pola asuh yang berbeda (Authoritarian, Authoritative, Permissive) berdasarkan tuntutan orang tua dan bagaimana daya tanggap anak. Kemudian gaya pengasuhan yang keempat ditambahkan oleh peneliti lain. Jadilah ada 4 gaya parenting dengan cara pendekatan dan karakteristiknya masing-masing.
Authoritarian merupakan tipe orang tua yang mengasuh secara otoriter dengan aturan tegas. Orang tua menuntut anak untuk patuh dan disiplin. Bila anak melanggar aturan, orang tua tidak segan untuk memberikan hukuman dengan alasan mendisiplinkan anak. Dalam gaya otoritarian orang tua melakukan komunikasi satu arah. Mereka tidak memberikan ruang untuk anak mengungkapkan keinginan dan pendapat.
Ketika anak bertanya alasan di balik aturan, orang tua cenderung hanya menjawab “Pokoknya gak boleh”. Sehingga anak tidak bisa menangkap maksud baik orang tua dan apa konsekuensi yang mereka dapat jika melanggarnya. Orang tua yang otoriter juga ada yang sampai memutuskan semua hal untuk anaknya. Sehingga anak tidak mempunyai kemampuan decision making.
Anak yang tumbuh dengan pola asuh authoritarian mudah mengikuti aturan bahkan sangat patuh. Namun anak juga bisa tumbuh jadi lebih agresif dan mudah berbohong, akibat pengasuhan yang terlalu keras atau merasa dibatasi. Selain itu, kemampuan anak bersosialisasi cenderung kurang, self-esteem rendah, dan mereka ragu akan kemampuan diri.
Kebalikan dari gaya parenting authoritarian, pola asuh permissive lebih longgar dalam menerapkan aturan pada anak. Orang tua tidak membatasi, melarang, bahkan cenderung mengizinkan apa yang anak minta atau inginkan. Orang tua permisif tidak memiliki ekspektasi tinggi seperti orang tua otoriter. Mereka tidak memaksakan kemauan sendiri dan cukup pemaaf dengan pikiran “kids will be kids”.
Orang tua permisif memposisikan diri mereka sebagai teman di depan anak-anaknya. Mereka ingin anak-anak menceritakan semua masalahnya dengan nyaman. Namun orang tua tidak mampu mencegah anak melakukan perilaku buruk atau mengambil pilihan yang salah. Orang tua berpikir anak mampu menyelesaikannya tanpa intervensi terlalu banyak dari mereka.
Pola asuh yang permisif menciptakan anak yang kurang bertanggung jawab dan kurang mandiri. Anak memiliki self-esteem yang tinggi tapi, cenderung egosentris. Anak-anak dengan orang tua permisif juga berisiko mengalami obesitas serta gangguan kesehatan lainnya. Karena orang tua tidak memberikan batasan atau aturan yang tegas dalam hal konsumsi makanan.
Baca juga : Speech Delay pada Anak
Gaya parenting authoritative (otoritatif) membuat aturan dalam pengasuhan anak, tapi mereka juga mau mendengarkan opini anak-anak. Orang tua otoritatif memvalidasi apa yang anak-anak mereka rasakan atau alami. Namun tetap memposisikan diri bahwa kendali ada di orang tua.
Mereka tidak hanya menetapkan aturan tapi juga menjelaskan mengapa anak-anak harus menaatinya. Bagi orang tua otoritatif, mendisiplinkan anak merupakan cara untuk mendukung anak berkembang. Bukan hukuman karena anak tidak patuh. Supaya kebiasaan positif tumbuh dalam diri anak, orang tua melakukan pendekatan dengan strategi memberikan pujian dan reward system.
Anak yang tumbuh di dalam pengasuhan orang tua otoritatif cenderung percaya diri, high self-esteem, merasa bahagia, penuh tanggung jawab, dan dekat dengan orang tua mereka. Anak-anak juga sanggup membuat keputusan untuk dirinya sendiri, berprestasi dalam akademik dan sosial. Serta kecil kemungkinan melakukan penyimpangan seperti meminum alkohol dan menggunakan obat-obatan.
Gaya parenting yang satu ini ditambahkan oleh peneliti Eleanor Maccoby dan John Martin. Menurut mereka orang tua uninvolved cenderung abai dalam proses pengasuhan anak. Orang tua tidak membuat aturan, tak ada ekspektasi terhadap anak, dan mereka juga tidak memberikan arahan saat anak membutuhkan. Secara garis besar orang tua tidak banyak mengetahui apa yang anak lakukan dan rasakan.
Orang tua tetap memenuhi kebutuhan dasar anak, namun tidak terlibat penuh dalam kehidupan anak-anak mereka. Jalinan komunikasi yang terbangun antara orang tua dan anak pun sangat minim. Pengabaian orang tua ini tidak selamanya dilakukan secara sengaja. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, masalah keluarga, termasuk kewalahan mengelola rumah, tidak tahu bagaimana kondisi anaknya saat ini.
Anak-anak yang mendapatkan pola asuh uninvolved tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tahan banting. Namun mereka juga kesulitan dalam mengelola emosi, prestasi akademik rendah, dan sulit membangun hubungan sosial.
Dari keempat gaya parenting di atas, mana tipe yang paling baik? Masing-masing cara parenting memiliki sisi pro dan kontra ya Moms. Namun pada umumnya psikolog merekomendasikan gaya pengasuhan authoritative. Supaya anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang positif. Orang tua memberikan perhatian yang dibutuhkan dan tetap menunjukkan ketegasan.
Sebaiknya Moms sudah menerapkan pola asuh sejak dini. Salah satu caranya yaitu mengajarkan Si Kecil dengan hal-hal dasar lewat bermain. Moms bisa gunakan aneka macam mainan edukatif dari Little Friends. Kunjungi halaman produk dan temukan mainan yang pas buat jadi #TemanSiKecil.
~NJ
Read More
Sejak awal kelahirannya, bayi belajar melalui interaksi dengan dunia sekitar. Maka dari itu Moms bisa menemukan berbagai macam mainan bayi 0-12 bulan. Mainan-mainan tersebut bukan hanya membuat Si Kecil anteng, tapi juga dapat menstimulasi tumbuh kembangnya.
Mainan akan merangsang indera penglihatan, pendengaran, dan taktikal Si Kecil. Membantu proses perkembangan tubuh dan otaknya. Namun, pastikan Moms memilih mainan bayi yang aman untuk tubuh si Kecil, terutama bagian mulut. Karena bayi sering memasukkan benda asing ke dalam mulutnya untuk mencari tahu (fase oral).
Selain memastikan mainan menggunakan material yang aman, pastikan pula bentuknya tidak membuat Si Kecil terluka. Moms juga perlu memilih jenis mainan sesuai usia bayi. Supaya mainan tersebut tetap menyenangkan bagi Si Kecil. Berikut ini rekomendasi 6 mainan bayi untuk usia 0-12 bulan:
Ketika usia Si Kecil masih 0 bulan, Moms sudah bisa memberikan mainan gantung dengan musik. Mata Si Kecil akan mengikuti mainan yang berputar. Musik dari mainan yang digantung juga akan menarik perhatian Si Kecil.
Mainan gantung ini bagus untuk merangsang kemampuan pendengaran dan penglihatan Si Kecil. Ada banyak studi yang menyebutkan bahwa musik mampu meningkatkan kecerdasan pada bayi. Terutama saat bayi berada di rentang usia 0-8 bulan.
Pilih buku dengan bahan kain yang halus atau sering disebut soft book. Jenis buku ini aman dimainkan oleh Si Kecil. Moms tidak perlu khawatir bila Si Kecil memegang hingga menggigit soft book. Tidak ada efek buruk yang akan menimpa Si Kecil.
Selain itu soft book menampilkan desain dan warna yang terlihat menarik bagi Si Kecil. Serta memiliki cerita yang bisa Moms bacakan untuk Si Kecil. Beberapa jenis soft book juga dilengkapi dengan tekstur permukaan yang berbeda. Memancing Si Kecil menyentuh dan meraba, sehingga bagus untuk perkembangan sensorik anak.
Jika Si Kecil sudah mulai bisa menggenggam benda, Moms bisa berikan Rattle untuknya. Rattle merupakan mainan yang dapat mengeluarkan suara gemerincing saat digerakkan. Arti kata Rattle sendiri adalah gemerincing. Rattle dijual dalam berbagai bentuk di pasaran. Ada yang berbentuk stick, gelang, ring dan boneka.
Teksturnya halus karena dibuat dalam bentuk boneka. Ada juga yang menggunakan bahan plastik yang aman untuk Si Kecil. Rattle dapat menstimulus indera bayi mulai dari pendengaran, penglihatan, peraba dan juga pengecap. Rattle juga bisa melatih konsentrasi dan fokus Si Kecil.
Baca juga: Speech Delay Pada Anak
Playmat adalah matras bermain untuk Si Kecil. Permukaan playmat yang empuk memungkinkan Si Kecil bergerak dengan aman, termasuk melakukan tummy time. Moms bisa menemukan berbagai bentuk dan ukuran Playmat di pasaran.
Salah satunya ada jenis playmat yang dipasang dengan berbagai bentuk mainan gantungan. Moms bisa menidurkan Si Kecil di atas playmat, Si Kecil pun akan mulai meraih dan menarik mainan yang menggantung di atasnya.
Mainan bayi 0-12 bulan yang wajib Moms bawa saat mengajak Si Kecil pergi adalah Busy Book. Buku yang bisa menyibukkan anak dengan mengerjakan aktivitas tertentu. Seperti, menggeser, memasang, mencocokkan, dan lain sebagainya. Busy Book terbuat dari bahan yang empuk, jadi aman untuk Si Kecil.
Buku anak yang interaktif ini memiliki tema-tema berbeda. Misalnya mengenalkan hewan, aktivitas sehari-hari, planet dan lain sebagainya. Jadi selain mencegah Si Kecil rewel, Busy Book juga dapat mengembangkan kognitif Si Kecil. Menstimulasi motorik halus, rasa ingin tahu, dan kreativitas.
Ketika masuk usia 6 bulan, umumnya Si Kecil mulai tumbuh gigi. Pada tahap ini Si Kecil sering rewel karena gusinya terasa gatal dan nyeri. Moms bisa berikan Si Kecil Teether. Mainan yang aman digigit oleh bayi.
Teether akan membuat Si Kecil merasa lebih nyaman saat tumbuh gigi. Selain itu Teether juga dapat merangsang kemampuan berbicara Si Kecil. Pastikan Moms memilih Teether yang bebas BPA dan pewarna buatan ya!
Apabila Moms pernah mendengar anggapan kalau bayi newborn tidak memerlukan mainan, jelas itu tidak tepat ya. Justru mainan yang didesain khusus untuk usia 0-12 bulan, akan membantu menstimulus tumbuh kembang Si Kecil.
Enam mainan bayi 0-12 bulan di atas bisa Moms dapatkan di Little Friends, brand mainan edukatif asli buatan Indonesia. Temukan mainan edukatif untuk Si Kecil di halaman produk atau langsung kunjungi official e-commerce Little Friends. Ada banyak pilihan mainan menarik yang bisa jadi #TemanSiKecil bermain.
by-NJ
Read More
Newborn atau bayi baru lahir memang menghabiskan waktu lebih banyak untuk tidur, sekitar 16-17 jam per hari. Namun Moms dan Dads sudah bisa mengajaknya bermain lho di saat ia sedang terjaga. Selain bisa meningkatkan bonding orangtua dan anak, Si Kecil yang baru lahir ini juga sudah bisa merasakan senang saat bermain. Nah untuk Moms dan Dads yang masih bingung harus bermain apa, berikut Little Friends sudah rangkum 5 cara bermain bersama bayi baru lahir.
Gendong Si Kecil dan ajaklah berjalan-jalan Moms. Tidak perlu jauh-jauh, cukup berkeliling di area rumah. Boleh juga ajak keluar ke taman agar Si Kecil menghirup udara segar. Ternyata irama gerakan saat berjalan dan pemandangan jadi hal menarik untuk Si Kecil lho. Ajak juga Si Kecil berinteraksi dengan anggota rumah yang lain, bertemu dan mendengar suara orang membuat Si Kecil terhibur.
Lakukan permainan ini saat Si Kecil baru saja bangun tidur. Sapa ia dan pegang kedua tangan mungilnya Moms. Ajaklah Si Kecil menggerakkan tangannya seperti melakukan gerakan olahraga. Moms bisa meregangkan tangannya ke samping, ke depan, dan ke atas. Lakukan juga pada kaki mungilnya yang tidak bisa diam itu ya Moms hihi. Tekuk kaki Si Kecil dan gerak-gerakkan ke atas. Ingat untuk selalu melakukan kontak mata saat bermain bersama, agar bonding lebih kuat.
Mungkin Si Kecil tidak akan memberikan tanggapan langsung kepada cerita Moms, tapi dia sudah tau lho kalau Moms sedang bercerita. Nyanyikan juga lagu-lagu anak yang menyenangkan sambal menatap matanya. Bernyanyi dan bercerita akan membuat Si Kecil menghafal suara Moms, juga melatih sensorik dan pendengarannya.
Moms dan Dads juga sudah bisa mengenalkan buku ke bayi baru lahir. Pilihkan buku berwarna kontras seperti buku hitam putih untuk Si Kecil. Moms juga bisa memilihkan buku yang empuk atau soft book agar lebih aman untuk dipegang atau digigit oleh Si Kecil. Membacakan buku sejak dini bisa meningkatkan kecerdasan literasinya Moms.
Jika Si Kecil mempunyai tempat tidur atau box-nya sendiri, Moms dan Dads bisa memasangkan mainan gantung diatasnya. Mainan gantung yang bergerak dan berwarna-warni bisa merangsang indera penglihatan Si Kecil. Mainan ini pastinya akan sangat menarik dan menghibur untuknya.
Itu dia 5 cara bermain bersama bayi baru lahir yang bisa dicoba, sederhana kan? Yang terpenting ajak Si Kecil bermain secara rutin, karena sangat baik untuk tumbuh kembangnya dan kedekatan antara orangtua dan anak. – LDK
Read More
Semua orangtua pasti ingin perkembangan dan pertumbuhan anak ideal sesuai dengan usianya. Hal tersebut juga merupakan faktor untuk mengetahui apakah orangtua sudah memberikan gizi yang cukup kepada anak. Salah satu cara untuk mengetahui pertumbuhan anak adalah dengan terus memantau tinggi dan berat badan anak secara teratur.
Tinggi badan anak yang cukup merupakan indikasi bahwa anak tidak mengalami stunting. Stunting adalah kondisi saat tubuh anak pendek karena gagal tumbuh atau kekurangan zat gizi kronis dalam jangka waktu yang lama. Stunting akan menyebabkan anak menjadi rentan penyakit, kecerdasan di bawah normal, serta produktivitas menjadi rendah.
Berikut tinggi badan anak ideal menurut peraturan Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2020. Untuk anak usia 1-2 tahun, tinggi anak perempuan sebaiknya 74-86 cm, anak laki-laki 75.7-87.8 cm. Pada anak usia 2-3 tahun, tinggi anak perempuan yang baik adalah 85.7-95.1 cm dan anak laki-laki 87.8-96.1 cm. Untuk anak usia 3-4 tahun, anak perempuan 95.1-102.7 cm sedangkan anak laki-laki 96.1-103.3 cm. Dan untuk anak usia 4-5 tahun, anak perempuan 102.7-109.4 cm, anak laki-laki 103.3-110 cm. Selain gizi yang cukup dan seimbang, ada beberapa faktor lain yang juga bisa mempengaruhi tinggi badan anak, yaitu:
Menurut dr. Caessar Pronocitro, dokter spesialis anak dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya, tinggi badan anak dipengaruhi 60-80% dari genetik orangtuanya. Jadi tinggi badan anak nantinya akan tidak jauh beda dari tinggi badan orangtua. Untuk Moms yang ingin mencari tahu perkiraan tinggi badan anak setelah dewasa, bisa lihat ke website IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) juga lho. Di sini sudah tersedia kalkulator tinggi potensi genetik.
Ketidakseimbangan hormon juga bisa mempengaruhi tinggi badan anak. Seperti kadar tiroid atau hormon pertumbuhan yang rendah bisa membuat kenaikan tinggi badan anak lebih lambat. Kadar yang terlalu tinggi, juuga menyebabkan anak menjadi terlalu tinggi disbanding anak seusianya. Masalah kesehatan atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan pertumbuhan anak terhambat Moms.
Anak juga harus menerima stimulasi untuk merangsang masa pertumbuhan. Aktivitas seperti lompat tali, berenang, basket, badminton, dan berbagai olahraga lainnya bisa mempercepat pertumbuhan tinggi badan anak.
Nah Moms, pantau terus tinggi badan anak ya. Siapkan alat pengukur tinggi dan berat badan anak di rumah untuk mempermudah memantau pertumbuhannya. Catat perkembangannya dari waktu ke waktu juga. Jika ditemukan tinggi atau berat badan tidak sesuai usia, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis anak.- LDK
Read More
Tidak terasa ya Moms kalau Si Kecil kini sudah menginjak usia Batita? Pada usia ini, Si Kecil akan mengalami banyak perubahan terkait masa tumbuh kembangnya seperti bentuk fisik dan emosionalnya. Semakin bertambah usianya, ia jadi semakin pandai untuk menggunakan ragam indra dan kemampuan fisiknya seperti berbicara, berjalan lebih cepat atau mengangkat benda yang lebih “berbobot” dari sebelumnya. Hal ini secara tidak langsung berimbas pada caranya bermain, di mana ia tidak akan lagi memainkan permainannya dulu namun orang tua juga dapat mengajaknya untuk melakoni permainan untuk balita.
Berikut ini beberapa saran permainan untuk batita yang menarik dan memaksimalkan tumbuh kembangnya;
1. Melacak Anggota Tubuh
Permainan anak batita pertama adalah permainan melacak anggota tubuh. Permainan ini hanya membutuhkan selembar kertas berukuran besar dan krayon atau alat marking lain yang mudah untuk dihapus. Moms atau Dads dapat memintanya untuk berbaring di kertas tersebut dan menggambar dengan mengikuti alur bentuk badannya. Saat orang tua mulai untuk menggambar, ia akan belajar untuk mengendalikan diri. Jika ia menjadi rewel, tak apa, biarkan saja. Sebagai alternatifnya cobalah meniru kaki atau tangannya. Ketika sudah selesai, anda dapat menunjukannya letak bagian-bagian tubuhnya dan mengajaknya untuk menggambar anggota tubuh tersebut. Dengan permainan ini, ia akan mempelajari cara untuk mengendalikan diri, keterampilan berbahasa dan juga mengenali setiap anggota tubuh.
Menggambar lagu? tentu bukan berarti menuliskan liriknya ya, Moms. Cobalah dengan menggambarkan objek yang disebutkan liriknya, semisal jika di lirik terdapat kata Apple maka ajaklah ia menggambar buah apel. Lakukan ini secara terus menerus dan di akhir permainan, bantu dia berstimulasi dengan menyanyikan lagu menggunakan bantuan gambar tersebut.
Rekomendasi permainan anak balita yang selanjutnya adalah bermain kapal-kapalan. Mintalah ia untuk duduk di atas handuk atau alas lainnya. Setelahnya tariklah alas tersebut secara lembut mengelilingi area rumah dan simulasikan seperti ia sedang berada di kapal. Setiap ruangan pun dapat diimajinasikan sebagai tempat tempat menarik untuk dikunjungi. Manfaat dari permainan ini jelas adalah untuk meningkatkan kemampuan pembayangan Si Kecil dan juga melatih keseimbangannya.
Permainan ini cukup sederhana, hanya membutuhkan pakaian yang sudah agak jarang digunakan, dan membentuk kostum baru. Mintalah ia untuk meniru gaya berpakaian orang di sekitarnya, atau lebih baik lagi jika ia meniru untuk menjadi seseorang yang ia suka seperti pahlawan atau mainan favoritnya. Anak usia balita pada umumnya sangat suka permainan meniru dan menjadi seseorang yang mereka inginkan.
Permainan ini nampaknya sudah banyak diketahui, ya? namun faktanya permainan ini tidak pernah menjadi permainan yang membosankan. Permainan ini melibatkan kemampuan fisik untuk bergerak dan berhenti. Tujuan akhir ini akan membantunya untuk belajar mengambil keputusan tentang kapan ia harus berhenti dan kembali melaju yang juga melibatkan kesabaran.
Nah berikut adalah rekomendasi permainan yang pasti tidak akan membosankan. Pada dasarnya permainan apapun itu pasti menyenangkan, namun pastikan untuk mengajaknya melakukan permainan yang dapat meningkatkan banyak aspek dalam tumbuh kembangnya! -KJ