08112059821 info@littlefriends.co.id
gaya parenting

LilMin 30 Mei 2023

4 Gaya Parenting, Moms termasuk yang Mana nih?

Setiap orang tua mempunyai cara berbeda dalam membangun pola asuh. Gaya parenting yang tidak sama bisa disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari latar belakang pendidikan, budaya, lingkungan, cara pandang, sampai pola asuh keluarga saat kecil. Maka tak heran jika masing-masing orang tua memiliki cara pengasuhannya sendiri.
Akan tetapi bila kita kelompokkan, secara garis besar terdapat 4 gaya pengasuhan. Yaitu terdiri dari Authoritarian, Authoritative, Permissive, dan Uninvolved. Keempatnya memberikan dampak tersendiri pada perkembangan anak. Kira-kira Moms termasuk ke pola parenting yang mana ya? Yuk cari tahu!

4 Gaya Parenting dan Dampaknya ke Anak

Pada tahun 1960-an seorang psikolog bernama Diana Baumrind menjelaskan tiga gaya pola asuh yang berbeda (Authoritarian, Authoritative, Permissive) berdasarkan tuntutan orang tua dan bagaimana daya tanggap anak. Kemudian gaya pengasuhan yang keempat ditambahkan oleh peneliti lain. Jadilah ada 4 gaya parenting dengan cara pendekatan dan karakteristiknya masing-masing.

Authoritarian

Authoritarian merupakan tipe orang tua yang mengasuh secara otoriter dengan aturan tegas. Orang tua menuntut anak untuk patuh dan disiplin. Bila anak melanggar aturan, orang tua tidak segan untuk memberikan hukuman dengan alasan mendisiplinkan anak. Dalam gaya otoritarian orang tua melakukan komunikasi satu arah. Mereka tidak memberikan ruang untuk anak mengungkapkan keinginan dan pendapat.

Ketika anak bertanya alasan di balik aturan, orang tua cenderung hanya menjawab “Pokoknya gak boleh”. Sehingga anak tidak bisa menangkap maksud baik orang tua dan apa konsekuensi yang mereka dapat jika melanggarnya. Orang tua yang otoriter juga ada yang sampai memutuskan semua hal untuk anaknya. Sehingga anak tidak mempunyai kemampuan decision making.

Anak yang tumbuh dengan pola asuh authoritarian mudah mengikuti aturan bahkan sangat patuh. Namun anak juga bisa tumbuh jadi lebih agresif dan mudah berbohong, akibat pengasuhan yang terlalu keras atau merasa dibatasi. Selain itu, kemampuan anak bersosialisasi cenderung kurang, self-esteem rendah, dan mereka ragu akan kemampuan diri.

Permissive

Kebalikan dari gaya parenting authoritarian, pola asuh permissive lebih longgar dalam menerapkan aturan pada anak. Orang tua tidak membatasi, melarang, bahkan cenderung mengizinkan apa yang anak minta atau inginkan. Orang tua permisif tidak memiliki ekspektasi tinggi seperti orang tua otoriter. Mereka tidak memaksakan kemauan sendiri dan cukup pemaaf dengan pikiran “kids will be kids”.

Orang tua permisif memposisikan diri mereka sebagai teman di depan anak-anaknya. Mereka ingin anak-anak menceritakan semua masalahnya dengan nyaman. Namun orang tua tidak mampu mencegah anak melakukan perilaku buruk atau mengambil pilihan yang salah. Orang tua berpikir anak mampu menyelesaikannya tanpa intervensi terlalu banyak dari mereka.

Pola asuh yang permisif menciptakan anak yang kurang bertanggung jawab dan kurang mandiri. Anak memiliki self-esteem yang tinggi tapi, cenderung egosentris. Anak-anak dengan orang tua permisif juga berisiko mengalami obesitas serta gangguan kesehatan lainnya. Karena orang tua tidak memberikan batasan atau aturan yang tegas dalam hal konsumsi makanan.

Baca juga : Speech Delay pada Anak

Authoritative

Gaya parenting authoritative (otoritatif) membuat aturan dalam pengasuhan anak, tapi mereka juga mau mendengarkan opini anak-anak. Orang tua otoritatif memvalidasi apa yang anak-anak mereka rasakan atau alami. Namun tetap memposisikan diri bahwa kendali ada di orang tua.

Mereka tidak hanya menetapkan aturan tapi juga menjelaskan mengapa anak-anak harus menaatinya. Bagi orang tua otoritatif, mendisiplinkan anak merupakan cara untuk mendukung anak berkembang. Bukan hukuman karena anak tidak patuh. Supaya kebiasaan positif tumbuh dalam diri anak, orang tua melakukan pendekatan dengan strategi memberikan pujian dan reward system.

Anak yang tumbuh di dalam pengasuhan orang tua otoritatif cenderung percaya diri, high self-esteem, merasa bahagia, penuh tanggung jawab, dan dekat dengan orang tua mereka. Anak-anak juga sanggup membuat keputusan untuk dirinya sendiri, berprestasi dalam akademik dan sosial. Serta kecil kemungkinan melakukan penyimpangan seperti meminum alkohol dan menggunakan obat-obatan.

Uninvolved

Gaya parenting yang satu ini ditambahkan oleh peneliti Eleanor Maccoby dan John Martin. Menurut mereka orang tua uninvolved cenderung abai dalam proses pengasuhan anak. Orang tua tidak membuat aturan, tak ada ekspektasi terhadap anak, dan mereka juga tidak memberikan arahan saat anak membutuhkan. Secara garis besar orang tua tidak banyak mengetahui apa yang anak lakukan dan rasakan.

Orang tua tetap memenuhi kebutuhan dasar anak, namun tidak terlibat penuh dalam kehidupan anak-anak mereka. Jalinan komunikasi yang terbangun antara orang tua dan anak pun sangat minim. Pengabaian orang tua ini tidak selamanya dilakukan secara sengaja. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, masalah keluarga, termasuk kewalahan mengelola rumah, tidak tahu bagaimana kondisi anaknya saat ini.

Anak-anak yang mendapatkan pola asuh uninvolved tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tahan banting. Namun mereka juga kesulitan dalam mengelola emosi, prestasi akademik rendah, dan sulit membangun hubungan sosial.

Dari keempat gaya parenting di atas, mana tipe yang paling baik? Masing-masing cara parenting memiliki sisi pro dan kontra ya Moms. Namun pada umumnya psikolog merekomendasikan gaya pengasuhan authoritative. Supaya anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang positif. Orang tua memberikan perhatian yang dibutuhkan dan tetap menunjukkan ketegasan.

Sebaiknya Moms sudah menerapkan pola asuh sejak dini. Salah satu caranya yaitu mengajarkan Si Kecil dengan hal-hal dasar lewat bermain. Moms bisa gunakan aneka macam mainan edukatif dari Little Friends. Kunjungi halaman produk dan temukan mainan yang pas buat jadi #TemanSiKecil.

~NJ

Read More